brosur motor

Dampak Kenaikan Harga BBM Pada Penjualan Motor

bagikan :

Dampak kenaikan BBM pada penjualan motor

Pengaruh kenaikan harga BBM pada penjualan motor

Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia (AISI) mengatakan, target penjualan pada tahun 2022 masih sesuai dengan target yang ada, yakni berada di kisaran 5,1 juta sampai 5,4 juta unit. Artinya, kenaikan harga BBM subsidi yang terjadi pada awal September lalu tidak terlalu berdampak pada penjualan sepeda motor pada tahun ini.

Bhima Yudhistira Adhinegara, Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), menjelaskan, ada beberapa alasan yang membuat kenaikan harga BBM tidak langsung memengaruhi penjualan sepeda motor.

“Kalau Dibandingkan pada tahun 2021 di mana terjadi pembatasan ketat. Jadi ketika mobilitas sudah mulai longgar, yang tadinya menunda pembelian motor, sekarang sudah mulai merealisasikan pembeliannya,” kata Bhima.

Meski begitu, Bhima mengatakan, kenaikan harga jual BBM akan mempengaruhi penjualan motor domestik cepat atau lambat.

Berdasarkan data yang ada, harga BBM juga pernah naik sebesar 30 persen pada tahun 2014, sama seperti sekarang. Ketika itu penjualan sepeda motor langsung turun 15-17 persen karena naiknya harga BBM.

“Karena pada saat itu kondisi ekonomi normal, variabel yang paling berpengaruh adalah BBM,” ujar Bhima.

“Nah, sekarang penjualan motor baru bangkit. Mungkin efek kenaikan BBM, inflasi pangan, dan juga kebutuhan biaya hidup naik, itu nanti akan tercermin dari penjualan di tahun 2023, kuartal kedua,” kata dia.

Menurutnya, dampak kenaikan BBM paling terlihat dari peningkatan jumlah pengguna transportasi umum. Sebagai informasi, Transjakarta misalnya mencatat kenaikan 5 persen setelah pengumuman kenaikan BBM.

Sementara penumpang Commuter Line kabarnya naik 3 persen pada 4-10 September 2022, dibandingkan periode 28 Agustus-3 September 2022. Atau sebelum kabar kenaikan harga BBM.

“Karena sebenarnya sudah mulai terlihat, pengguna mobil mungkin bergeser ke transportasi online, atau bisa jadi gesernya ke transportasi publik dulu, sebelum ke motor pribadi. Jadi bertahap tidak langsung,” kata Bhima.

“Coba bandingkan datanya dengan penumpang Transjakarta dan Commuter Line, apabila menunjukkan kenaikan, berarti tidak beli motor” Ujar Bhima.